Pemilu bermutu

Sejarah mencatat bahwa Indonesia Adah bangsa yang besar, dalam segala hal founding father kita sudah memulai sebuah pondasi kebangsaan yang kuat. Lihat saja UUD kita, Pancasila, dan pembukaan UUD negara Indonesia. Didalamnya sangat apik sekali menyatukan antara minoritas dan mayoritas, antara religius dan nasionalis, antara golongan, dan antar suku.

Pondasi yang kuat ini merupakan cita-cita luhur bangsa ini, bahwa kelak Indonesia akan banyak menghadapi aral lintang kehidupan. Pendiri bangsa sudah bersiap kelak anak cucunya tentu akan menghadapi banyak turbulensi dalam menjaga pesawat kebangsaan kita.

Dagangan black campain untuk memperebutkan kepemimpinan dengan macam-macam dalih, tentunya untuk memenangkan dirinya dalam konstelasi pemilu sesungguhnya tidak dibenarkan. Bahwa ia kompetensi dalam meraih kepemimpinan tentu wajib di lakukan hanya saja cara-cara yang di pilih juga haruslah cara yang elegan sesuai dengan rule yang berlaku.

Dahulu ada sosok Mr Burhanuddin Harahap pernah berhasil melaksanakan pemilu yang paling di kenang Banga ini. Pemilu yang jujur dan adil dan begitu tenang berhasil di lakukan. Saat itu Mr Burhanuddin sebagai Perdana Menterindi usia muda 38 tahun, memegang tampuk pemerintahan antara 11 Agustus 1955 s/d 20 Maret 1956 Burhanuddin mampu menciptakan kedamaian hingga setelah pemilu harga-harga yang awalnya naik menjadi terkendali dan turun keharga terendah, pemilu hanya dilaksanakan 2 bulan dan berhasil. Sebagai politisi Masyumi Burhanuddin telah memberi teladan bagi terciptanya demokrasi pada pemilu saat itu.

Walaupun akhirnya Masyumi dan PSI saat itu menjadi korban ademokrasi setelah di bubarkan lewat dekrit presiden 1959. Pembubaran nya memang dekat sekali dengan bayang-bayang PKI saat itu yang tak ingin ada pesaing dalam kancah perpolitikannya. Walaupun akhirnya PKI sendiri yang akhirnya harus tenggelam walaupun embrionya mulai kembali muncul akan tetapi partai ini tetap terlarang hingga hari ini.

Politik sendiri memang dinamis namun bukan berarti cara-cara yang tak dibenarkan seperti black campain, ujaran kebencian, hingga menyewa buzzer di sosial media untuk menciptakan permusuhan adalah jalan yang hina dalam unggul dalam demokrasi.

Hari ini perang sudah bergeser dari melawan penjajah yang mengacungkan senjatanya dalam membungkam kebebasan kita. Namun, perang hari ini adalah perang melawan bentuk penindasan pikiran, dan kebebasan memilih tanpa ada unsur menghina agama tertentu atau menghujat golongan tertentu, sebab bila itu terjadi bisa jadi ada antek asing yang coba merongrong kewibawaan bangsa yang Arif dan bijaksana ini.

No comments:

Post a Comment

Pages