Indonesia Butuh Karakter Kuat

indonesiasatu.co
Pada awal abad ke-20 tepatnya di tahun 2000 seorang menteri perminyakan di Dubai Uni Emirat Arab memberikan informasi penting bahwa cadangan minyak negara ini akan segera habis di perkirakan tahun 2016. Rajanya saat itu Mohammed bin Rashid Al-Maktoum mulai berfikir keras bagaimana menyelesaikan masalah ini, tentu bagi seorang pemimpin mereka harus berfikir taktis terhadap suatu problem. seperti kita ketahui bersama bahwa bangsa Arab cukup berbangga dengan julukan petro dollarnya yaitu negara-negara penghasil minyak dari halaman negaranya.

Sang Raja tampak kebingungan dengan kondisi ini, hingga akhirnya sang raja mulai mencari-cari cara agar rakyatnya tidak terjatuh dalam kondisi yang tidak diinginkan. mulailah Uni Emirat Arab melihat negara-negara sepertinya yang notabenenya sama ukuran atau minimal mendekati secara sumber daya. Sang Raja menemukan bahwa ada satu negara yang sebenarnya lebih memprihatinkan lantaran sumber daya hampir tidak ada namun jadi macan di antara negara-negara yang ada.

tidak ada sumber daya di negara kecil Singapura. apa yang di jual dinegara ini hampir tidak ada. namun mereka unggul lewat lalu lintas perdagangan, menjadi semacam broker bagi negara lain termasuk negara besar Indonesia. Dalam sebuah rapat terbatas sang raja menanyakan pada anak buahnya tentang apa yang bisa di jual oleh negara Uni Emirat Arab selain tentunya minyak, salah satu menterinya menjawab bahwa Uni Emirat Arab punya tiga hal yaitu 3S Sun(matahari), Sea(laut) and Sand(pasir). namun kita bisa menjual lebih dari itu yaitu suasana, kemegahan, kemewahan, kebahagiaan dipadang pasir ini.

Selanjutnya Uni Emirate Arab mulai berbenah membuat Palm Island Jumeirah, Yas Marina Circuit, Ferrari World, Marina Mall, Al Maqtaa Fort, dan masih banyak lagi, pada intinya semua yang bernilai di fasilitasi dan di pugar hingga diantaranya berkelas Internasional dan yang terbaik yang pernah ada. segala sesuatu bisa dimanfaatkan, tinggal bagaimana memanfaatkan dan mengoptimalkan dari yang ada. dalam hal ini Uni Emirat Arab selanggkah lebih maju, dari banyak negara di dunia.

Berbeda dengan negara teluk di kawasan berpasir arab, Indonesia yang menjadi tempat eksotik di dunia, dengan menyimpan beragam sumber daya yang hampir seluruh kebutuhan dunia dapat di penuhi dari Indonesia namun sampai saat ini masih jauh tertinggal dari beberapa kawasan terdekat bahkan di kawasan terdekat asia tenggara Indonesia mulai tertinggal dari berbagai Indikator.

lalu pertanyaannya bagaimana negara ini bisa belajar dari bangsa lain atau minimal mencontoh Uni Emirates Arab, tentu ada jalan yang bisa di lakukan dari yang sekarang ini kita lihat. hanya saja banyak hal yang harus di benahi di Indonesia sendiri sebelum semuanya terlambat. artinya pernyataan semacam tokoh seperti prabowo yang membuat pernyataan dari novel bahwa Indonesia dinyatakan bubar. walaupun berbau fiksi namun tentu sebagai bangsa tak ada salahnya hati-hati dan seggera berbenah. minimal pimpinan bangsa ini bisa duduk bersama menyelesaikan problematikan bangsa yang sedang berkecamuk banyak polemik ini.

permasalahan-permasalahan ini harus dibisa di atas dengan kembali kepada UUD Negara 1945, dimana founding father bangsa ini berjuang bersama melakukan banyak kontribusi untuk bangsa ini. Indonesia masih mencari sosok seperti I Gusti Ngurahrai yang rela masuk jurang asal tidak terjadi. moh hatta yang tidak menikah sebelum Indonesia merdeka kemudian di buktikan dengan pelaksanaan pernikahannya tepat sehari setelah kemerdekaan bangsa Indonesia 18 Agustus 1945, R.A Kartini dengan karya tulisan-tulisannya hingga ia bersumpah tak akan berhenti menulis sampai cita-cita memberi kemerdekaan untuk bangsa nya tercapai, Jenderal Soedirman yang dalam kondisi kritis sekalipun masih mendampingi anak buahnya.

Indonesia butuh karakter kuat pada pemimpinnya, bangsa Indonesia masih membutuhkan karakter-karakter kuat yang bersedia menyediakan waktunya untuk kemajuan bangsa, bukan sebatas perebutan kekuasan. Kekuasaan memang harus di rebut tapi memang semua dalam koridor menjaga keragaman. Presiden dalam hal ini harus bisa ambil peran mempersatukan bangsa yang besar ini, sebelum sumber daya bangsa ini tersedot habis dan kita baru menyadari bahwa masalah terbesar bangsa ini adalah mau atau tidak mau kita kembali dalam kebhinekaan kita yang telah di bangun pendahulu bangsa besar ini.

No comments:

Post a Comment

Pages