sumber gambar : qerja.com |
Periode awal tahun 2000 mungkin awal televisi begitu digdaya, dimana 2 tahun paska reformasi perkembangan dunia intertainment televisi begitu berkembang pesat baik infotainment, sinetron, kuis, tanpa terkecuali pemberitaan. Dahulu saya sendiri tak begitu paham apa potensi besar media pemberitaan, secara iklan yang ditayangkan pada saat acara berita jauh dibawah dibandingkan dengan televisi yang mengutamakan kegiatan intertainment didalamnya.
Pemberitaan sendiri dulu masih dalam tataran pembacaan naskah oleh pewarta berita dan acara talkshow masih sangat terbatas. media koran dan majalah masih sangat dominan dalam mengisi konten topik pemberitaan nasional. semakin kemari pemberitaan yang ditayangkan semakin membawa warna sendiri dalam pemberitaannya, mulai tema dan gaya pemberitaan menjadi satu yang khas dalam menuliskan berita.
Pemberitaan mulai menyetir arah politik di Indonesia, para calon pemimpin mulai menggunakan pemberitaan untuk membangun citra, yang sangat luar biasa dimulai setelah era pemilihan presiden secara umum yang menyebabkan peralihan dari Presiden Megawati ke Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)di mulai, entah setelah itu Media begitu merajai panggung seakan siapa yang mendapatkan perhatian media dialah yang unggul dalam segala aspek. Surya Paloh dengan Metro Tv nya, Abu Rizal Bakrie mengakuisisi Lativi menjadi Tv One, Dahlan Iskan dengan JawaPosnya, Harie Tanue MNC nya, dsb. Banyak dari mereka mulai mencari rating dan menggulirkan berbagai macam konten pemberitaan agar ditonton banyak pemirsa.
Media televisi sendiri masih sangat efektif, masyarakat saat itu sangat bergantung hingga bila sebuah sudut pandang sudah di gulirkan oleh media tentu jutaan orang akan dengan cepat mendapatkan posisioning. Informasi masih satu arah, sangat mudah masyarakat digiring pada satu opini yang sama, media internet sudah mulai tumbuh namun porsinya masih sangat kecil, sebab jalan mengaksesnya masih butuh biaya sendiri dan menuju tempat yang masih terbatas baik itu kantor atau warnet (warung Internet). Bisa di simpulkan siapa yang memiliki media khususnya televisi sudah dapat dengan mudah mencapai tujuan yang diinginkan.
Era smartphone mulai muncul di tahun 2010 keatas dimana blackberry merajai penjualan smartphone di Dunia. Pemanfaatan Browsing untuk mendapatkan berita masih sangat bersifat eksklusif. sebelum kemudian android merajai dengan smartphone touch screen nya blackberry memberikan akses informasi ke arah massa yang lebih high technology, masyarakat mulai terbiasa menggunakan twitter dan menjadi acuan dunia terutama dalam hal trending topic nya. setelah Android pengembangan google terus berkembang dan dirasa lebih usefull lah mulai pemberitaan didominasi facebook dn sarana eksistensi diri youtube mulai menggantikan peran televisi dan kemungkinan akan menjadi dominan dimasa yang akan datang.
pergerakan ini membuat kita mengetahui bahwa media saat itu dan kini sangat jauh berbeda. saya termasuk orang yang kurang percaya pemberitaan pada awal-awalnya, karena saya merasa ada informasi yang disembunyikan atau minimal arahnya sesuai opini pembawa berita. terutama pemberitaan yang menyudutkan islam, seperti angle muslim korupsi, FPI persekusi, Ulama dari sisi Negatif, teror, dan segala sesuatu yang membuat jelek citra Islam.
Tentu dari sisi itulah saya mulai mengikuti banyak forum, tidak mudah percaya berita yang ada, dan melalukan googling pada pemberitaan yang ada, ternyata didalamnya sudah banyak yang lebih dulu aktif membuat forum dan diskusi dan saya bebas memilih diskusi mana yang menurut saya membangun. Saya mengenal Jokowi dan Ahok awal-awal ada di media online begitu sering muncul pemberitaannya, saya mulai mengetahui juga banyak tokoh lain yang kelak menjadi pemimpin negeri ini. Mereka semua mengusai pemberitaan online dan online mulai mengusai pemberitaan di banyak orang.
Namun, masyarakat mulai melihat bahwa pemberitaan tidak selamanya sesuai dengan keadaan, muncullah istilah pencitraan secara lebih populer. masyarakat mulai merasa media tidak selamanya independen, selain itu perkembangan media sosial yang semakin cepat membuat masyarakat mulai melakukan share dan like, awalnya masih sebatas pemberitaan aktivitas harian semacam diary online. Smartphone yang cenderung lebih mudah mulai banyak menjadi perhatian dibanding koran yang harus membeli terlebih dahulu atau harus duduk depan televisi.
Pemberitaan kemudian bergerak liar, di produksi massal, dikuasai dari bilik-bilik tempat yang paling samar, sampai hari ini media seakan kalah cepat dengan viral yang dilakukan oleh masyarakat. mulailah hoaks menjadi sesuatu yang menarik untuk digarap menjadi gaya baru dalam pemberitaan. berita kemudian dinilai dari judul bombastis dibanding kebenaran isi.
semakin kemari kita menyaksikan bahwa berita mulai dikuasai masyarakat (people Power), dimana dikalangan bawah sudah merubah haluannya dari menerima informasi, menjadi memilah informasi yang diinginkannya. walaupun pemberitaan tetap lebih unggul dalam penguasaan dalam konten berita, namun masyarakat sudah tak sepenuhnya percaya begitu saja. akhirnya kebenaran menemukan caranya, kalau pemberitaan timpang dan tidak independent masyarakat yang akan menyempurnakannya, ada semacam gotong royong yang tak terlihat dalam menyebarkan berita dan informasi oleh masyarakat. Dalam kemudahan teknologi pada pemberitaan sekarang ini tersimpan bahaya baik fisik maupun psikis, tentu masyarakat tak bisa menyerap seluruhnya, jenuh muncul, dan begitu banyak isu yang di bahas akhirnya masyarakat kehilangan eksistensi pada dirinya. tinggal yang mau membuka hati dan pikiran yang tetap mampu memilah mana yang berita mana yang bukan berita, mana yang penting mana yang tidak penting.
wasssalam
No comments:
Post a Comment