Menjadi Guru, memilih Honorer, dan Menanti Kebijakan

Menjadi guru adalah profesi yang sangat mulia, didalamnya banyak hal yang menyebabkannya demikian. Tidak sedikit orang yang dengan rela hati terjun mengajar demi mencerdaskan anak bangsa. Potret guru dapat dilihat dari segala sisi kehidupan tinggal kita yang ingin melihat dari sisi mana menjadi guru ingin dilihat. Guru kaya anda dapat menemukannya di Jakarta dengan Tunjangan Kerja Daerah (TKD) tertinggi ada di Jakarta. Guru Miskin, bahkan ada guru yang tak pernah di gaji bertahun-tahun, dan ketika meminta gajinya ia dipecat. Artinya seiring berjalannya waktu guru sebagai profesi telah merubah citra guru sebagai omar bakrie bangsa.

Guru saat ini menjadi tulang punggung bangsa dalam menghadapi dinamika perkembangan teknologi. guru hari ini seperti makin payah memproteksi perkembangan zaman yang kian hari kita membrutal seakan memangsa negeri ini. Sebagai guru tentu mengetahui hal itu, karena sebagai guru penanam akhlak dan perilaku menjadi pekerjaan bagi seluruh guru selain mencerdaskan bangsa.

Program pemerintah untuk mensejahterakan guru terus digalakkan, dengan program SM 3T dimana mengutamakan pelayanan guru bagi daerah terluar. Program ini mungkin jadi solusi agar pemerataan pendidikan dapat terjadi. Mereka mengabdi 1 sampai 2 tahun setelah itu kembali, mereka yang terpilih akan mendapatkan fakta timpangnya pendidikan di daerah dan akan melihat banyak nasib guru di daerah tidak seberungtung mereka yang hidup di kota besar.

Upaya lebih masih dari pemerintah menjadikan guru lebih mulia saat ini masih dirasa kurang maksimal. sertifikasi yang tidak kunjung selesai, Gaji Guru yang masih tergolong kecil, dan rekruitmen guru yang tidak jelas saat ini menambah daftar bagaimana nasib guru masih belum bisa diangkat kearah yang lebih layak. belum lagi anggapan hanya yang tidak di terima di dunia kerjalah yang menjadi guru disekolah. Anggapan ini tentu sangat menyakitkan.

Para Guru masa kini.
Apa yang di gambarkan diatas adalah satu dari sekian banyak kasus pada guru dalam dunia pendidikan. bagi para lulusan yang baru selesai mengenyam pendidikan S1, menjadi guru tentu merupakan pekerjaan sesuatu hal yang tidak hebat-hebat amat. anggapan itu muncul karena guru memang profesi dengan gaji kecil (istilahnya), apalagi untuk guru yang baru mengajar. 
Jangan tanya berapa gaji yang didapat guru, anda akan sedih jika mengetahuinya. sekedar informasi di Jakarta saja ada sekolah yang masih menggaji guru 300 ribu sebulan, wal hasil sang guru harus pontang-panting pindah dari satu sekolah kesekolah lain hanya untuk menutup pengeluaran bulanan keluarga. Tidak sedikit guru yang akhirnya malah membuka usaha dan kurang fokus mengajar.
Wacana ASN (aparatur Sipil Negara) mendapatkan Angin segar mendapatkan THR dan Gaji 13 secara bersamaan ditahun ini 2018 merupakan angin segar bagi para PNS khususnya guru walaupun terkesan sangat politis mengingat 2019 adalah tahun politik. mengapa saya katakan demikian karena memang sejak 2015 sampai sekarang gaji PNS saja termasuk guru tidak ada perubahan yang signifikan. 

Bagi kami yang berada di Jakarta, menjadi guru baru terutama menjadi guru di tahun 2010 keatas mendapatkan status NUPTK saja susahnya minta ampun, aturannya tidak jelas daftar sana daftar sini ujung-ujungnya tak bisa terbit. Pakai SK Gubernur lah, Yayasan lah, Mengajar 5 tahun lah semua jadi dalih yang intinya NUPTK sebagai pengakuan guru tak kunjung terbit.

Akhirnya, banyak juga yang menganggap menjadi guru harus siap-siap mengernyitkan dahi, tak jelas status, atau kalau masih fresh graduate mending cari kerja lain. walaupun demikian memang masih banyak masyarakat yang tetap ingin menjadi guru sebab angka pengangguran yang masih tinggi menyebabkan ada saja yang bersedia, setelah itu sekolah lagi kalau tidak Sarjada bidang pendidikan.

Guru Kedepan
Siapapun tentu prihatin, ditengah ekonomi yang semakin menghimpit. perkembangan teknologi yang semakin canggih saat ini sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat. nilai yang hari ini diperjuangkan guru untuk dijadikan karakter bangsa harus tergerus dengan tontonan dan tuntunan yang tidak mendidik baik media sosial maupun televisi. sementara guru dituntut melakukan segala cara mencegah  kenalakan dan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.

Seakan menjadi head to head yang tidak seimbang guru dihadapkan pada figuritas tak mendidik di media hari ini, gaya hedonisme, budaya kebarat-baratan yang dipertontonkan para artis yang di gaji setinggi langit. membuat kerja guru semakin sulit dan berat, ketekunan mereka dalam mendidik masih dituntut dengan program-program yang diadakan pemerintah yang kadang malah mempersulit kerja guru mengajar, contoh paling nyata hari adalah kenaikan pangkat, Bimbingan teknis, RPP yang terus berubah-ubah, program Pembelajaran yang terus berubah yang hulunya dalah kurikulum yang terus berganti-ganti tanpa henti. membuat pekerjaan guru mendidik menjadi jauh dari mencetak akhlak dan prestasi yang baik pada anak. sebab sederet beban diatas membuat guru jadi sulit masuk kelas, tak konsentrasi dan asal mengajar ujungnya.

Memang guru tak kan menarik dari sisi bisnis, tidak seperti para artis yang sangat mengerti kebutuhan industri. Oleh Sebab itu, peran pemerintah menjadi penting untuk meningkatkan harkat martabat guru, bukan hanya yang sudah berstatus pegawai negeri saja, namun juga bagi banyak guru yang hari ini masih mengajar di Swasta dan Honorer harus juga diperhatikan. Supaya bangsa ini tak diremehkan lagi sebagaimana para guru hari ini di gaji secara remeh. 

Semoga pemimpin negeri ini yang hari ini menjabat menjadi kan guru sebagai fokus utamanya. karena ada jutaan guru yang bersedih ketika anda mengumumkan kenaikan THR dan Gaji ke-13. sementara penuntasan status guru sebagai pendidik generasi penerus bangsa hingga kini masih belum mendapat perhatian layak. Semoga nanti ada pemimpin yang berdiri didepan podium istana negara dan mengumpulkan seluruh guru dan berkata mulai saat ini fokuslah mendidik anak bangsa, biar kesejahteraan kami yang pikirikan. Mirip dengan yang pernah dikatakan Pemimpin Jepang Pasca Bom Hiroshima bahwa kumpulkan guru karena Jepang ingin berbenah kembali.

No comments:

Post a Comment

Pages